Kabupaten Sumba Timur
|
|
Peta lokasi Kabupaten Sumba Timur
Koordinat: - |
|
Provinsi
|
: Nusa Tenggara Timur
|
Tanggal
|
: 1958
|
Ibu kota
|
: Waingapu
|
Pemerintahan
|
|
- Bupati
|
: Drs. Gidion Mbiliyora, M.S
|
- DAU
|
: Rp. 515.736.111.000.
|
Luas
|
: 7.000,5 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
: 190.214 jiwa (2002)
|
- Kepadatan
|
: 27,17 jiwa/km2
|
Demografi
|
|
- Kode area telepon
|
: 0387
|
Pembagian administratif
|
|
- Kecamatan
|
: -
|
- Kelurahan
|
: -
|
- Situs web
|
:http://www.sumbatimurkab.go.id/
|
Kantor
DPRD
Kabupaten Sumba Timur di Kota Waingapu
Kabupaten
Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada
masa lalu, kabupaten ini berada di bawah Keresidenan Timor.
Daftar isi
- 1 Kecamatan
- 2 Batas wilayah
- 3 Topografi
- 4 Demografi
- 5 Perekonomian
- 5.1 Kerajinan
- 5.2 Pertanian tanaman
- 5.3 Peternakan
- 5.4 Pariwisata
- Kecamatan
Kabupaten
Sumba Timur dibagi menjadi 22 kecamatan, yaitu:
1. Haharu
2. Kahaungu Eti
3. Kambata Mapambuhang
4. Kambera
5. Kanatang
6. Karera
7. Katala Hamu
8. Kota Waingapu
9. Lewa
10. Lewa Tidahu
11.Mahu
12.Matawai Lapau
13.Ngadu Ngala
14.Nggaha Oriangu
15.Paberiwai
16.Pahunga Lodu
17. Pandawai
18.
Pinu Pahar
19.
Rindi
20. Tabundung
21.
Umalulu
22.
Wulla Waijelu
- Batas wilayah
Kabupaten
ini menempati bagian timur Pulau Sumba dengan batas-batas sebagai
berikut:
Utara
|
Selat Sumba
|
Selatan
|
: Samudra Hindia
|
Barat
|
: Kabupaten Sumba Tengah
|
Timur
|
: Laut Sabu
|
Selain
itu kabupaten Sumba Timur juga meliputi empat pulau kecil di selatan, yakni
Pulau Salura, Pulau Mengkudu, Pulau Kotak dan Pulau Nusa.
- Topografi
Kondisi
topografi Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), landai sampai
bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit (pegunungan).
Daerah dengan ketinggian di atas 1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan
dan gunung. Lahan pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki
cukup air di permukaan maupun sungai-sungai besar. Setidaknya terdapat 88
sungai dan mata air yang tidak kering di musim kemarau.
Rangkaian
pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang menguasai wilayah bagian tengah
dengan empat puncak: Mawunu, Kombapari, Watupatawang dan Wanggameti. Dataran
rendah terdapat di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung
Undu (pesisir paling barat). Kabupaten ini beriklim tropis
dengan musim hujan yang relatif pendek dan musim kemarau yang panjang (delapan bulan). Suhu
rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius. Musim hujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai Maret untuk daerah pesisir dan November sampai April di daerah pedalaman. Jumlah curah hujan
dalam setahun 1.860 milimeter, sehingga daerah
ini termasuk daerah beriklim kering.
Amplitudo suhu yang tinggi mengakibatkan batu-batuan menjadi
lapuk, tanah merekah dan terjadi seleksi alam
terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dalam kondisi demikian. Karena
itu, jenis tumbuhan yang ada umumnya berupa tanaman keras seperti jati,
kelapa dan aren, sementara hewan peliharaan umumnya adalah
sapi,
kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan
keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas.
Keadaan
tanah di Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan batu karang karena ratusan
ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman
es berlalu, daratan ini muncul di atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai
berbagai jenis hewan laut seperti kerang, ikan
dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di bukit-bukit karang. Rumput-rumput pun
tumbuh di atas batu-batu karang.
- Demografi
Seorang
gadis Sumba Timur dari golongan menengah (kabisu) di tahun 1930
Jumlah
Penduduk Kabupaten Sumba Timur (2002) adalah 190.214 jiwa atau dengan kepadatan
rata-rata 27 jiwa/km². Kepadatan tertinggi di Kecamatan Waingapu, yaitu 1.049
jiwa/km², sedang kepadatan terendah ada di Kecamatan Haharu, yaitu 13 jiwa/km².
Disamping orang Sumba Timur asli juga terdapat orang Sabu,
keturunan Tionghoa, Arab, Bugis, Jawa dan penduduk yang berasal dari daerah
Nusa Tenggara Timur lainnya. Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa Sumba
Kambera. Sebagian besar penduduk di kabupaten ini beragama Protestan. Selebihnya adalah Islam,
Hindu dan Budha. Sekitar 39 persen lagi adalah beragama
tradisional Marapu. Meskipun keadaan tanahnya kurang subur, lebih dari
separuh penduduk kabupaten Sumba Timur ini adalah petani.
Selain itu ada juga yang bekerja sebagai peternak, pegawai, buruh,
nelayan dan lain-lain. Walaupun sektor pertanian menempati
tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah
yang bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya.
Penggarapan sawah ini dilakukan dengan cara tradisional yang disebut renca, yaitu pengerahan tenaga
manusia dan kerbau dalam jumlah besar diatas tanah sawah yang akan ditanami.
Kaki-kaki kerbau yang berjumlah puluhan ini digunakan sebagai pengganti bajak
dan pekerjaan renca ini diawali dan diakhiri dengan upacara keagamaan (ritus).
Kehidupan sehari-hari penduduknya pada dasarnya merupakan cerminan kehidupan
agama tradisional mereka. Hal ini bisa dilihat saat mereka melaksanakan
berbagai upacara adat berkenaan dengan daur hidup seperti upacara kelahiran (habola), perkawinan (lalei
atau mangoma) dan kematian (pa taningu).
- Perekonomian
Perekonomian
penduduk Sumba Timur ini sebagian besar adalah pertanian, (termasuk peternakan), industri rumah tangga (terutama kerajinan
tekstil/tenun) serta pariwisata.
Kerajinan
Industri rumah tangga di Sumba Timur didominasi kerajinan kain
tenun ikat yang terdapat di hampir seluruh penjuru kabupaten.
Kerajinan kain tenun ikat ini sudah terkenal sejak ratusan tahun. Ada dua
kelompok pengrajin, yaitu yang menggantungkan seluruh penghasilannya pada
pekerjaannya dan yang melakukannya hanya sebagai kerjaan sambilan. Seniman
sambilan ini umumnya adalah mereka yang secara sosial
masih memiliki fungsi adat seperti kaum bangsawan (maramba). Walaupun
merupakan hasil sambilan, tenun jenis ini bermutu tinggi karena sebenarnya
tenunan tersebut bukanlah barang dagangan, hanya sebagai koleksi atau digunakan
dalam upacara adat. Ada beberapa daerah yang terkenal dengan kain tenunnya,
seperti Desa Kaliuda yang terletak di Kecamatan Pahungalodu, Rindi dan
Watuhadang yang terletak di kecamatan Rindiumalulu, Rambangaru yang terletak di
kecamatan Pandawai dan Kelurahan Prailulu. Tenunan dari daerah ini bermutu
tinggi karena dibuat dengan menggunakan ramuan tradisional dan membutuhkan waktu
yang lama untuk menyelesaikannya. Tidak jarang ada tenunan yang lama
penyelesaiannya hingga tahunan, yang menyebabkan harga jualnya pun mencapai
jutaan rupiah, terutama yang berasal dari Rindi, Kaliuda dan Kampung Pau.
Kerajinan
tenun ini juga mendukung kegiatan pariwisata di kabupaten ini.
Pada
sektor pertanian tanaman, padi, jagung
dan ubi kayu menjadi andalan. Hasil pertanian lainnya adalah cengkeh, kapuk, kemiri,
kelapa, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, sorgum dan jambu mete. Hasil pertanian tersebut telah dikembangkan sejak
tahun 1977.
Ekspor
Sapi dari Sumba sekitar 1948
Sektor
peternakan memiliki sejarah panjang dan cukup berbeda dari daerah lain di
Indonesia, oleh sebab keadaan alam wilayah ini yang memiliki musim penghujan
pendek dan padang rumput (sabana) luas.
Sumba
Timur terkenal sebagai pusat penangkaran dan perdagangan kuda
sejak abad ke-19. Kuda sandel yang merupakan hasil perbaikan
(grading up) kuda lokal dengan kuda Arab telah menjadi maskot daerah dan figurnya dimasukkan
dalam lambang daerah.
Pada
awal abad ke-20 (1906-1907) pemerintah Hindia Belanda memasukkan empat ras
sapi ke Sumba, sapi jawa, sapi madura,
sapi bali dan sapi ongole
dari India. Hanya yang terakhir yang diketahui bisa beradaptasi
dengan baik dan segera menjadi komoditi peternakan unggulan, menggeser kuda. Tujuh tahun sejak introduksi, pemerintah menetapkan
Sumba sebagai pusat penangkaran sapi ongole murni dan sejak itu biakannya
dikenal sebagai ras SO (Sumba
Ongole) dan ini berlangsung hingga sekarang.
Pantai
Kalala, Pantai Alfon Ndawa Lu, Tarimbang, Purukambera dan Walakiri sudah
mendunia dan dikenal sebagai tempat berselancar yang indah. Sisa-sisa
kebudayaan megalitik berupa kubur batu dan rumah-rumah adat asli yang sering
menjadi tempat pelaksanaan upacara adat penguburan jenazah bangsawan menarik
minat para wisatawan. Wisata alam dapat dilakukan di Taman Nasional Laiwangi
Wanggameti.
Tempat
wisata populer lainnya adalah Londa Lima, Watuparunu dan Purukambera.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumba_Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar